Rentan Korupsi, Beberapa Tahapan pada Proses Pembayaran Pajak di SAMSAT Padang Tanpa Kwitansi Resmi

Beberapa hari lalu ane berkunjung lagi ke SAMSAT Padang yang berada di seputaran GOR H Agus Salim. Niat awal ane adalah untuk “mengisi ulang” ijin pakai (pajak) “si suklat”. Tahun lalu si suklat baru dapat nopol BA dan awalnya ane kira tahun ini hanya membayar pajak saja rupanya tidak, suklat harus ganti nopol lagi dan imbasnya BPKB harus direvisi.

Pertama sekali ane tetap akan mengapresiasi kinerja SAMSAT Kota Padang karena sudah berani membuat spanduk yang mencantumkan target waktu minimum bagi semua jenis pengurusan berkas kendaraan. Hebatnya hampir semua target itu dalam hitungan menit lho. Namun setelah ane rasakan sendiri dan ane dengar langsung keluh kesah dari beberapa “pengunjung” lainnya ternyata kesimpulannya sama spanduk hanyalah spanduk tidak sesuai kenyataannya. Hehehe.. artikan sendiri ye…

Oke selanjutnya ane akan memaparkan hal yang berhubungan dengan judul di atas. Kronologisnya begini….

Pertama ane masuk ke kantor SAMSAT, kemudian menuju meja pengecekan yang dijaga oleh uni-uni muda berkebaya dan bermake up 🙂 . Di mejanya ane meletakkan berkas / map ane yang berisi STNK, BPKB, KTP semua asli. Setelah dicek (dan tanpa memberikan informasi) ane diminta menuju ke sebuah ruangan di bagian belakang SAMSAT, di ruangan tersebut ada bapak-bapak berseragam polisi yang kemudian menanda tangani berkas ane. Sebelum diserahkan kembali berkas tersebut ane diminta uang Rp. 25rb dan di sini ane tidak mendapatkan kwitansi.

Setelahnya ane balik ke bagian depan SAMSAT, menuju loket 1 untuk membayar pajak. Eh rupanya di sini ane baru dapat info bahwasanya mobil hasil mutasi harus ganti nopol lagi pada tahun berikutnya. ( iya betul begitu apa ya…? ) Dan rupanya untuk itu ane diminta lagi uang 125rb untuk biaya BPKB dan Pembuatan Plat Nomor. Di sinipun ane ga dapet kwitansi. Tetapi untungnya ane dapat info dari tulisan yang terpampang bahwasanya pitih 125rb itu untuk biaya ini dan itu.

Sesudahnya ane diminta mengisi formulir dan menunggu.. Estimasi ane kalau mengacu pada papan spanduk paling tidak sampai satu jam ane akan segera meninggalkan SAMSAT eh ternyata… ane nunggu antrian sampai lebih 2 jam 🙂 Beberapa pengunjung yang bernasib sama seperti ane menanyakan pada petugas, “Pak kok lama betul saya dipanggil, padahal si A dan si B yang datang belakangan sudah pulang duluan” dan pak petugasnya pun menjawab ” Bapak kode antriannya apa kalau kodenya ganti nomor polisi itu memang lama pak jadi mohon bersabar karena kami sedang ada perbaikan data kendaraan” . Ooo.. rupanya itu penyebabnya… hahaha.. kenapa tunggu ditanya dulu ya baru kasih info. Bukankah lebih efektif kalau pihak SAMSAT mencetak sebuah pengumuman kemudian ditempel agar pengunjung bisa lebih tahu dan petugas bisa mengerjakan hal lain selain melayani pertanyaan dan komplain pengunjung.

Okelah setelah 2 jam lebih akhirnya tiba dipanggil giliran ane, langkah selanjutnya ane bayar pajak di loket pembayaran sejumlah yang diminta. Kemudian nunggu lagi sekitar 30 menit dan STNK pun kelar. Setelah ane terima STNK ane tanya di mana ane bisa ambil BPKB dan nopol barunya? si petugas jawab “di ruang sebelah pak, tapi ga bisa hari ini nopolnya besok dan BPKB nya minggu depan… Hahahaha… WUOW… rupanya spanduk itu memang hanya spanduk saja. Next, ane putuskan untuk datang lagi saja minggu depan sekalian biar sekali jalan daripada bolak-balik mengunjungi SAMSAT.

Minggu depannya, ane datang pagi jam 8.15 sudah ada di bagian depan loket pengambilan nopol dan BPKB. Petugasnya sudah ada (lengkap dengan kumis dan segelas kopi) dan ane segera menyodorkan resi pengambilan BPKB. Dan dijawabnya dengan muka cool “nanti ya, petugasnya belom datang” Kemudian ane tunggu sampai 8.30 ane sodorin lagi dan dijawab “itu petugasnya sudah datang, yang baju putih” (padahal bapak baju putih ini sudah ada sejak tadi – wakakakaka – ketawa tapi jengkel – ). Ane pindah ke bapak yang baju putih dan kasih resi pengambilan BPKB dijawab dengan muka tak kalah cool dibanding bapak kumis “sekarang belum buka, nanti jam 9.00 bukanya” (lha kenapa harus nunggu jam 9 kalau emang sekarang sudah banyak yang antri, kan petugasnya sudah ready – wakakakaka – ketawa lagi tapi tetap jengkel-

Akhirnya ane putuskan untuk pulang saja, sebelum pulang ane hampiri Pak Kumis “Pak bukanya sampai jam berapa?” di jawab “sampai jam 17.00 kenapa? tunggu ajalah kan tinggal 30 menit lagi” ane jawab “saya masih ada urusan lain pak, nanti saja saya ke sini lagi kalau kantor bapak sudah benar-benar buka” -wakakakaka – ketawa lagi dengan masih tetap jengkel – )

Siangnya sekitar jam 13.30 ane berkunjung lagi ke SAMSAT dengan “baju dinas ane” yang rapi lengkap dengan IDcard bergantung di dada. Langsung ane temui Pak Kumis, “udah bisa ambil nopol pak?” di jawab -kali ini tidak cool tapi dengan smile “bisa pak, mana STNK nya?” ane sodorkan STNK. Kemudian pak baju putih nongol ane tanya sambil nyodorin  resi pengambilan “bisa ambil BPKB pak ?”  di jawab -kali ini juga tidak cool tapi juga dengan smile “bisa pak, tunggu sebentar ya?” Hehehehe.. rupanya ada gunanya juga pakai “baju dinas” plus ID card ini ya.. Berasa jadi orang penting…

Tapi ternyata “-dugaan- pungli” tetap tak bisa dijinakan dengan “baju dinas” plus ID card ane ini karena ternyata pada saat ngambil BPKB ane tetap dimintai uang 25rb yang lagi-lagi tanpa kwitansi dan langsung masuk laci…

kira-kira ilustrasi punglinya seperti di bawah ini

NB :

  • Narasi di atas ane tulis berdasarkan apa yang ane alami dengan dibumbui sedikit humor, jika ada pihak SAMSAT yang membaca semoga tulisan ini bisa menjadi masukan dan harapan ane sebagai masyarakat semoga kedepannya SAMSAT bisa menyediakan informasi selengkap mungkin pada “pengunjungnya” . Dan agar semua pembayaran yang dilakukan hendaknya disertai dengan kwitansi resmi sehingga tidak ada lagi suuzon dari masyarakat terhadap kinerja SAMSAT
  • Video di atas dari youtube bukan berdasarkan pengalaman ane (bukan ane yang rekam) tetapi kejadiannya hampir sama seperti itu – tanpa kwitansi dan uang masuk laci – 

Tinggalkan komentar